Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

--- Selamat Datang di DPC PK Sejahtera Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung, Perjuangan Kita Belum Selesai, Teruslah Berjuang Harapan Itu Masih Ada!!! ---

Rabu, September 17, 2008

Presiden PKS Dinilai Plin-plan

pks-tkp.ol, Jakarta - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) selama ini dikenal sebagai partai Islam yang konsisten memegang prinsip politik dan etikanya. Namun dalam perkembangan terakhir ini, PKS kok bersikap berubah-ubah dan inkonsisten?

Sebelumnya, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring menegaskan, partainya belum tentu kembali mendukung Susilo Bambang Yudhoyono pada Pemilu 2009. Sementara PKS memberi sinyal mau merapat ke PDI Perjuangan. Ada apa gerangan? Apa ada konsesi tertentu dari Megawati untuk PKS?

Jika PKS berkoalisi dengan PDI Perjuangan, tentu PDIP berharap meraih darah segar dan dukungan besar dari sayap Islamis ini.

Bahkan, kata Tifatul, berdasarkan hasil sejumlah riset, koalisi PKS dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) adalah yang dianggap bisa mendatangkan pemilih dalam jumlah paling besar.

Berdasarkan hasil riset ini, sangat mungkin PKS menggandeng Megawati Soekarnoputri pada Pilpres 2009.

"Semua calon presiden memiliki bobot yang sama di mata PKS," kata Tifatul di Medan, Sumatera Utara, (14/9).

Oh, rupanya PKS bisa juga mendukung presiden perempuan. Sementara dalam berbagai dakwah dan program kaderisasi, PKS masih suka mengumbar tentang pentingnya kepemimpinan pria (patriarki) di negeri yang mayoritas Muslim ini. Kaum pria dianggap kuat dan pantas memimpin republik ini.

Sedangkan Megawati sebagai seorang ibu, dianggap relatif lemah dibandingkan pemimpin pria untuk memimpin negeri ini, karena masih banyak lelaki yang kompeten memimpin republik ini.
"Terhadap Susilo Bambang Yudhoyono, PKS menerapkan zero option, setelah koalisi kami berakhir pada 2009. Akan ada pertimbangan ulang," ujarnya.

Ada kemungkinan seusai pemilu legislatif, pilihan PKS dalam berkoalisi pada pemilihan presiden tidak sama seperti pada 2004.

"Koalisi partai Islam dengan partai nasionalis adalah yang bisa mendatangkan pemilih paling banyak," ujarnya sembari menyebutkan keberhasilan koalisi PKS dan PDIP pada beberapa pemilihan kepala daerah (pilkada).

Akan tetapi, Tifatul harus menyadari bahwa pilpres berbeda dengan pilkada. Dalam pilpres, suara orang Jawa dan Sunda yang merupakan pemilih terbesar di negeri ini, jauh lebih menentukan menang tidaknya seorang capres.

Di dua etnis, kultur paternalistik dan patriarki masih dominan sehingga sejumlah elite PKS di luar Tifatul, melihat capres dari kalangan pria yang kompeten, jauh lebih menjanjikan.

Tifatul juga mengesampingkan pendapatnya tentang calon presiden dari kalangan muda, yang pernah dilontarkan beberapa waktu lalu. Namun, ia mengakui, presiden atau wakil presiden dari kalangan muda memang menjadi keniscayaan pada waktu mendatang.

Memang, Pemilu 2009 adalah kesempatan terakhir bagi calon yang usianya di atas 60. Namun dominasi sosok-sosok senior atau lama, masih akan marak, karena kader muda yang muncul masih terbatas dan belum punya popularitas akibat berbagai faktor yang mengitarinya. [L1]
sumber : inilah.com
FormulaBisnis.com