Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

--- Selamat Datang di DPC PK Sejahtera Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung, Perjuangan Kita Belum Selesai, Teruslah Berjuang Harapan Itu Masih Ada!!! ---

Rabu, Oktober 08, 2008

Ini Peluang Terakhir Capres Tua!

pks-tkp.ol, Jakarta – Wacana duet SBY-JK dalam Pilpres 2009 semakin kuat menyeruak dalam khasanah politik nasional saat ini. Terlebih setelah SBY mengisyaratakan akan kembali maju berpasangan dengan JK. Bagaimana PKS memandang isyarat ini?

Presiden PKS Tifatul Sembiring memandang pernyataan SBY sebagai hal yang wajar saja. Jika pasangan SBY-JK definitif dideklarasikan, kat dia, maka partai politik lain – termasuk PKS – lebih mudah membuat kalkulasi politik dan menyusun strategi.

“Jelas, ini akan membuat mudah parpol untuk mengkalkulasi dan mengatur strategi,” tegas Tifatul kepada INILAH.COM, di Jakarta, Selasa (7/10). Tifatul juga menegaskan, Pemilu 2009 adalah momentum dan peluang terakhir bagi politisi di usia 60 tahun. Berikut ini wawancara lengkapnya:

Bagaimana pendapat Anda dengan menguatnya wacana SBY-JK jilid II dalam Pilpres 2009?

Silakan saja, itu haknya beliau-beliau. Secara demokrasi itu adalah hal yang sah saja. Cuma kalau dikalkulasi, Jusuf Kalla antara dulu dan sekarang berbeda. Dulu beliau mencalonkan diri sebagaia cawapres dalam kapasitas pribadi. Nah sekarang beliau saat ini menjabat sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar. Tentunya beliau membawa beban institusi. Salah satunya adalah perolehan suara Golkar yang dalam beberapa survei diperkirakan mencapai sekitar 20%. Ini jauh di atas perolehan Partai Demokrat yang masih di seputar 6-7%.

Kita juga belum mendengar sikap elit Partai Golkar lainnya perihal wacana duet SBY-JK ini. Sejauh ini yang saya komunikasikan dengan beberapa elit Partai Golkar, wacana itu belum menguat.

Selain itu, sampai saat ini UU Pilpres juga belum selesai. Partai Golkar minta syarat dukungan capres sebesar 30%. Kalau misalnya lolos 30%, maka hanya ada dua atau tiga pasang capres saja. Artinya, UU Pilpres ini sangat menentukan kontelasi Pemilu 2009. Jika SBY tidak hati-hati di sini, bisa saja SBY terjepit. Misalnya partai besar bergabung dan Partai Demokrat tidak bisa mengumpulkan 30%, bisa-bisa skenario untuk menjegal SBY sangat mungkin terjadi. Itu juga harus diperhatikan oleh beberapa partai.

Apakah dengan duet SBY-JK jilid II ini akan membuat blunder bagi pasangan ini, setidaknya akan memudahkan partai lain untuk mengatur strategi politiknya, termasuk PKS?

Soal kombinasi-kombinasi pasangan capres/cawapres, rakyat bisa menilainya, apakah puas atau tidak terhadap program dan kinerja SBY-JK. Memang, 2009 ini adalah era terakhir bagi generasi 60-an. Artinya, 2009 adalah kesempatan terakhir bagi generasi 60-an.

Karena nanti pada 2014, orang-orang yang punya pengalaman politik di masa kemerdekaan itu berusia di atas 80-an. Dan akan masuk generasi baru yang sama sekali tidak memiliki pengalaman politik di tahun 45, dan mereka punya mimpi baru yang direpresentasikan oleh orang-orang muda. Pemilu 2009 menjadi ajang terakhir bagi politisi yang sudah berusia 60-an tahun.

Termasuk SBY-JK?

Ya, saya kira semuanya. Semua calon yang tampak saat ini. Seperti JK saat ini 67, kalau di tambah 6 tahun lagi, maka usinya 73 tahun.

Artinya dengan naiknya kembali SBY-JK akan memudahkan partai politik lain termasuk PKS untuk mengatur strategi politik dan kombinasi politik?

Oh jelas. Kalau pasangan SBY-JK definitif, tentu partai politik akan membuat kalkulasi. Tapi kalau masih belum definitif, ya kita menunggu saja.

Dengan kata lain, apakah jika secara definitif pasangan SBY-JK jilid II akan membuat blunder bagi pasangan ini?

Ya, kita lihat saja petanya nanti. Karena dalam berbagai survei, tidak ada partai yang bisa melewati perolehan 25%. Artinya, tidak ada absolute majority di parlemen. Peluang semua partai politik sama.

Nah, dengan kondisi ini, maka harus ada mental sharing/koalisi. Jadi tidak bisa ego untuk maju sendiri, bisa-bisa tidak lolos dalam Pilpres ini. Untuk membentuk pemerintahan yang kuat, minimum memiliki dukungan di parlemen sebesar 40%. Jadi ada dua parameter, satu adalah populer secara figur tapi dukungan ke partainya tidak kuat, tapi ada yang tidak kuat secara figur tapi dukungan terhadap partainya kuat.

Bukankah itu representasi dari pasangan SBY-JK?

Jangan sebut orangnya-lah. Bagi saya untuk penjajakan opini publik tidak ada masalah. Tapi untuk ‘oke’, saya rasa tidak terlalu mudah. Saya kira semua stakeholder masih menunggu perihal siapa capres/cawapres 2009.

sumber : inilah.com

FormulaBisnis.com